tak pernah layu dimakan waktu
selalu dan selamanya melindungi ku
melindungi apa yang aku punya
melindungi segala yang aku punya
Wajahmu tegar sempurna
tak pernah terhenti cahayanya
menyinari langkah gelap untukku
menunjukkan kasih abadi dunia
selalu dan selamanya tak akan mati
Tak kurang yang kau lakukan
untukku.. semua untukku
dirimu bagai malaikat
selalu memberi apa yang ku mau
selalu mengerti apa yang ku ingin
bahkan disaat aku sendiri tak mampu mengerti semua itu
Hanya saja, aku tak pernah mengerti dirimu
tak mengerti apa yang kau mau
tapi..
bukan tak mengerti
hanya tak ingin mengerti
tak mau tau keadaanmu
Karya: Fitria Wulandari
Curhat
dulu ya hehe puisi ini aku buat dadakan, waktu itu dikelas bertepatan
pada saat mata pelajaran sastra indonesia, guruku Ibu Bellen menugaskan
kami masing-masing siswa membuat satu puisi dalam waktu 20 menit (kalo
gak salah ingat sih hehe). Dalam waktu 20 menit itu kami terserah mau
kemana aja mencari inspirasi asalkan masih dalam area sekolah, setelah
selesai puisi itu harus dipresentasikan!
Bingung
nih aku mau buat puisi apa, kepikiran sesuatu aja gak ada. Duh! Trus
aku keluar kelas (kelasku di lantai 3), tiba-tiba kepikiran aula terbuka
di bawah lantai 1, disitu tempatnya nyaman banget, sejuk, banyak pohon.
Yaudah aku kesana deh, duduk-duduk hampir 10 menit gak ada inspirasi
mau nulis apa, mikirin masalah juga kayaknya gak ada yang asik dijadiin
puisi.
Tiba-tiba
(daritadi tiba-tiba terus ya haha) aku kepikiran sama salah satu sosok
laki-laki, aku tidak bisa mendeskripsikan orang itu, kalau aku ditanya
tentangnya, aku akan memilih diam. karena aku tidak tau harus bilang
apa.
Semua
ide, kata, prasa yang ada diotak aku tuangkan di selembar kertas, dan
akhirnya jadilah sebuah puisi yang teman-teman baca diatas.
saat
mempresentasikan puisi ku itu, aku agak minder karena puisi-puisi teman
sekelasku bagus-bagus semua, tersirat dan penuh makna, sedangkan aku?
begitu pikirku. dengan cengengesan aku maju kedepan, awalnya biasa saja.
aku tidak mahir membacakan puisi dan lagi aku menilai diriku orang yang
flat dalam pembawaan puisi.
Bait
pertama kubacakan dengan cengengesan, masuk ke bait kedua terlintas
diotakku sesosok laki-laki yang menjadi ide dalam puisi ini, aku sempat
terdiam sebentar kemudian aku mulai kaku untuk melanjutkannya, aku lihat
kembali kertasku entah kenapa aku merasakan hal yang aneh. puisi ini
menyihirku.
Membacakan
bait kedua hingga selesai dalam keadaan menangis tidaklah mudah, disitu
aku merasakan semua mata diruangan kelas itu memandangiku penuh rasa
penasaran, ada apa denganku? bibirku bergetas seolah menolak
mengeluarkan kata-kata tersebut.
Sampai
sekarang, hampir 3 tahun lamannya aku masih sering memikirkan kenapa
aku menangis saat itu? apakah karena aku tidak mengenalnya? atau aku
menangis karena ingin lebih dekat dengannya? tapi tidak. sampai sekarang
aku tidak tau apa alasanku menangis saat itu. yang aku tau puisi itu
sangat menyentuh dan memberikan rasa sakit yang sangat dalam saat aku
membacanya.
hehe curhatannya panjang banget ya ^^ terima kasih sudah membaca puisi yang tidak seberapa ini!
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar kamu tentang ceritaku ya