Dalam keadaan yang sangat lemah, seseorang bisa melakukan apa saja, bahkan sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Ya begitulah keadaanku sekarang. Sebenarnya aku ingin bercerita, agak panjang. Kalau kalian membaca tulisan ini, mendingan sambil duduk minum teh atau apalah, ini panjang lho ceritanya.
Lemah, kata yang tepat mendefinisikan keadaanku sekarang. Galau, capek, muak, bingung, semuanya jadi satu. Malam ini semua masalah tumpah disatu wadah, otak. Sejak pagi kepalaku pusing gak karuan, sampai-sampai harus merelakan satu matakuliah yang cukup penting semester ini. Entah apa yang buat aku pusing begini.
Masih dalam kepusingan ini, aku coba berbaring dan menutup mata, bukan untuk tidur, tapi untuk menetralisasikan pikiranku. bukannya netral malah semua masalah yang akhir-akhir ini menggangguku datang berbondong-bondong seolah ingin dimanja satu persatu.
Hal pertama yang terpikir adalah bagaimana tugas skripsiku ini? minggu depan sudah harus ngumpulin proposal skripsi dan harus dipresentasiin. Aku masih minder sama judul, permasalahan yang sangat kompleks bahkan aku sendiri gak tau mau ku bawa kemana arah skripsiku ini.
Kedua adalah aku rindu rumah. Kalau sedang mikirin rumah terkadang ada penyesalan dalam hatiku. kenapa harus kuliah jauh-jauh? hanya karena egoku saja aku ninggalin mereka dan pergi jauh dari mereka. tapi dengan cepat kubuang semua pertanyaan yang hanya bisa membuat bulir-bulir air mata jatuh ke pipi.
Kemudian, hal selanjutnya yang membuat kepalaku pusing, gak lain dan gak bukan adalah masalah cinta. Cinta? haha lucu sepertinya berbicara hal ini diumur yang sudah tidak muda seperti sekarang. Baiklah kita akan mulai berbicara tentang cinta yang hampir menyedot 65% isi otak dan 95% hatiku. Masalah percintaanku cukup rumit. salah! sangat rumit!
Dulu aku pernah sangat sayang sama seseorang, sangat. kemudian dia pergi. Iya, dia pergi begitu saja. Tentu saja bukan salahnya, dia hanya ingin mengejar cita-citanya. dia pergi kuliah keluar kota, banyak janji yang dia tinggalkan termasuk ingin menemuiku suatu saat nanti. Kapan? Hahaha yap! Sudah hampir 5 tahun kita gak pernah ketemu. Dia lah orang pertama yang buat aku percaya bahwa janji dibuat hanya untuk menyenangkan perasaan seseorang, tidak harus ditepati :)
Rasa sayang yang teramat sangat itu hilang bersamaan dengan hilangnya komunikasi diantara kami. Hilang hingga bertahun-tahun. Mungkin aku juga sudah lupa gimana rasanya.
2013, dua tahun lalu aku ngerasaiin sayang itu lagi. Untuk lelaki yang berbeda tentunya. Sangat lucu karena lelaki itu adalah temanku sendiri dari kelas 2 SMP, dia adalah lawan yang tangguh dalam memperebutkan ranking di kelas, dia juga kadang jadi kakak yang ngasih saran-saran diluar batas pikiranku, dia juga kadang jadi adik yang minta dimanjain minta disayang, dia juga sahabat yang selalu memelukku saat aku sedih. Mungkin agak aneh ketika dia bilang dia suka aku, seribu prasangka berputar-putar diotakku. Mungkin dia cuma bercanda, mungkin dia cuma ngerjain aku, mungkin dia cuma mainin aku, mungkin dan mungkin. Hingga akhirnya dia berhasil buat aku benar-benar jatuh cinta padanya, sayang padanya. Hubungan kami berjalan begitu asik, saking asiknya aku lupa akan sesuatu. Aku lupa berpikir bagaimana jika aku tiba-tiba kehilangan dia? Atau paling tidak, kehilangan cintanya? Atau jangan-jangan aku yang duluan kehilangan rasa cinta itu? dan hal itu terjadi.
Entah hari itu hari paling menyenangkan apa menyedihkan. Banyangkan, dari pagi aku bareng sama dia terus, pisah cuma karna aku ada kelas. Kemudian ketika kelasku selesai, dia ngejemput aku dan dia antar aku ke kost. Saat itu turun hujan, ah terima kasih hujan karena menahannya untuk tidak segera pergi. Kita duduk diluar, ngobrol panjang sampe ngobrolin masa depan, nanya mau nikah dimana, mau punya anak berapa, HAHAHA lucu! Dia tau aku, ya dia kenal aku. Dia kenal aku adalah orang yang sangat bosanan, gak bisa bertahan lama dengan sesuatu. Kemudian dalam keseruan membahas masa depan itu, dia berhenti berbicara, dia memandangiku sangat dalam, dia genggam tanganku, "Apa kau sudah mulai bosan dengan kita?" Begitu pertanyaannya yang buat aku diam seribu kata, diam hingga sekarang. Beriringan dengan diamku, hujan pun berhenti. Dia hanya tersenyum dan pergi menuju motornya, mungkin dia lelah menunggu jawabanku. Sebelum dia benar-benar pergi, dia bilang "kalau kau bosan, kasih tau aja aku. aku gak akan buat kau bosan."
Entah hari itu hari paling menyenangkan apa menyedihkan. Banyangkan, dari pagi aku bareng sama dia terus, pisah cuma karna aku ada kelas. Kemudian ketika kelasku selesai, dia ngejemput aku dan dia antar aku ke kost. Saat itu turun hujan, ah terima kasih hujan karena menahannya untuk tidak segera pergi. Kita duduk diluar, ngobrol panjang sampe ngobrolin masa depan, nanya mau nikah dimana, mau punya anak berapa, HAHAHA lucu! Dia tau aku, ya dia kenal aku. Dia kenal aku adalah orang yang sangat bosanan, gak bisa bertahan lama dengan sesuatu. Kemudian dalam keseruan membahas masa depan itu, dia berhenti berbicara, dia memandangiku sangat dalam, dia genggam tanganku, "Apa kau sudah mulai bosan dengan kita?" Begitu pertanyaannya yang buat aku diam seribu kata, diam hingga sekarang. Beriringan dengan diamku, hujan pun berhenti. Dia hanya tersenyum dan pergi menuju motornya, mungkin dia lelah menunggu jawabanku. Sebelum dia benar-benar pergi, dia bilang "kalau kau bosan, kasih tau aja aku. aku gak akan buat kau bosan."
Menurutku itu kata-kata paling romantis sepanjang masa, saat itu sebelum akhirnya aku tau apa makna sebenarnya dari kata tersebut.
Setelah dia pulang, seperti biasa kita hanya sms-an aja. Malam hari dia mulai menanyakan hal serupa, bunyi sms kami seperti ini:
A: apa kau bosan dengan kita? gak, denganku maksudnya.
B: gak tau. Kalau iya gimana? :(
A: aku juga gak tau. tapi aku selalu usaha buat kau gak bosan sama aku. jadi jawab, apa kau bosan sama aku?
B: mungkin iya, sedikit. maaf sayang :(
A: makasih sudah jujur, aku sayang kau. sekarang keluar, aku ada depan kostmu.
Waktu itu pukul 11 malam. Aku keluar dan tebak, dia beneran ada didepan pagar kostanku. Dengan senyum aku berjalan kearahnya, namun ada yang beda, dia berbeda. Kami berbicara panjang lebar untuk memecahkan kebosananku. Dia menemukan sebuah solusi dari permasalahanku, putus. Iya dia mau kami putus saat itu juga. Aku ingat banget alasan-alasan yang dia lontarkan ketika aku menolak untuk mengakhiri hubungan yang sangat aku sukai ini.
- Aku gak mau buat kau bosan, kalau begitu sudahi aja hubungan kita biar kau gak bosan lagi. (aku bisa atasin bosanku sendiri, ini cuma sementara aja. aku bakal kembali kayak dulu lagi. aku janji)
- Aku gak mau maksa kau sayang aku (aku gak merasa terpaksa. aku sayang kau)
- Aku gak mau ngerusak kau, aku sayang kau, kau sahabatku(kenapa harus ngerusak aku kalau sayang sama aku? kita bisa sama-sama berubah dan ngilangin sifat-sifat buruk kita. kita bisa bareng-bareng saling mengingatkan)
Segala alasannya kupatahkan dengan keyakinanku dan sedikit mengemis rasanya. Hingga akhirnya ada satu alasan yang buat aku diam, diam hingga sekarang dan menerimanya, alasan itu yang membuat aku merubah pandanganku tentang apa makna sebenarnya tentang "cinta"
- Aku bingung denganmu, aku bingung dengan sikapmu, aku tau kau, tapi ternyata aku gak kenal siapa kau. kau selalu mau dikabarin setiap saat, katamu kau khawatir, kekhawatiranmu itu gak beralasan. kau cuma gak percaya kan sama aku, sama apa yang aku kerjakan. kau itu childish, kau gak mau ngehubungin duluan, terlebih lagi kalau ada masalah kau lebih suka diam ketimbang nyelesaiin bareng-bareng. aku sudah gak kuat sama kau. hubungan kita sudah rusak, gak akan bisa dibaikin lagi. kita memang cocoknya jadi teman, sahabatan aja. aku salah ternyata nganggap persahabatan kita bisa jadi cinta yang bertahan lama, aku naif soal itu.
Aku diam, diamku bukan karena aku kalah berargumen, bukan karena aku tidak tau mau ngomong apa lagi. Tapi karena aku merasa bersalah pada akal sehatku, aku merasa bersalah pada diriku sendiri. Dulu waktu dia nembak, seribu alasan aku berikan untuk menolaknya, tapi semuanya dipatahkannya, dan perlahan ada bisikian dari hatiku untuk mencoba hubungan ini, siapa tau akan berlangsung panjang. Ternyata semua salah, aku hanya bisa menangis didepannya. Tangisanku pun tidak menghentikannya untuk pergi dariku. Dia terus menyerangku dengan kata-kata yang sangat menyakitkan.
Kejadian itu terjadi sekitar dua tahun yang lalu. Sangat membekas sampai sekarang. Dengan kejadian itu, aku mulai pilih-pilih kalau ada yang dekatin aku, mulai "sombong" dengan laki-laki. Kenapa aku bilang sombong? Soalnya aku bukan golongan cewek cantik hahaha, mulai acuh dengan yang namanya cinta, mulai tidak mengurusi perasaan lagi, mungkin mulai beku, yang dasarnya aku emang emosian orangnya, kini semakin emosian lagi. Kadang muncul pikiran ingin merasakan cinta lagi, tapi dengan cepat otakku menghapus pikiran itu. untuk apa? untuk merasakan sakit lagi? Tidak akan!
Berdasarkan pengalaman pribadi ini aku mendapat banyak pelajaran berharga. Ada banyak faktor kenapa seseorang bisa jatuh cinta dengan sahabatnya. Pernah kan dengar istilah "bisa karna terbiasa" ? Nah! Karena keseringan sama-sama, makan bareng, curhat-curhatan, akhirnya mulai ada rasa keterbiasaan. Kalo sudah biasa ada dia didekatmu, pas lagi jauh pasti ada rasa kehilangan. Rasa kehilangan itu membuat kau sadar saat itu bahwa kau gak bisa hidup tanpa dia, ya itu karna terbiasa. Ato bisa juga karna salah satu dari kalian "terlalu baik" misalnya sering ngasih perhatian tanpa kalian sadari itu bisa menimbulkan rasa cinta lho disahabat kalian. Bagus sih ya kalo perhatian sama sahabat, tapi mesti dijaga-jaga dan dipilah-pilih jenis perhatiannya haha
Berharap persahabatan menjadi cinta sejatimu? Hahaha tidak untuk aku, menurutku itu naif sekali. Kalian hanya terjebak dalam situasi saling memiliki dan rasa "nyaman" membuat ego kalian berkembang bahwa dia (sahabatmu itu) paling mengerti dirimu dan dia tercipta hanya untukmu, tidak boleh ada orang lain yang memilikinya. Naif kan? Hahaha
Berdasarkan pengalaman pribadi ini aku mendapat banyak pelajaran berharga. Ada banyak faktor kenapa seseorang bisa jatuh cinta dengan sahabatnya. Pernah kan dengar istilah "bisa karna terbiasa" ? Nah! Karena keseringan sama-sama, makan bareng, curhat-curhatan, akhirnya mulai ada rasa keterbiasaan. Kalo sudah biasa ada dia didekatmu, pas lagi jauh pasti ada rasa kehilangan. Rasa kehilangan itu membuat kau sadar saat itu bahwa kau gak bisa hidup tanpa dia, ya itu karna terbiasa. Ato bisa juga karna salah satu dari kalian "terlalu baik" misalnya sering ngasih perhatian tanpa kalian sadari itu bisa menimbulkan rasa cinta lho disahabat kalian. Bagus sih ya kalo perhatian sama sahabat, tapi mesti dijaga-jaga dan dipilah-pilih jenis perhatiannya haha
Berharap persahabatan menjadi cinta sejatimu? Hahaha tidak untuk aku, menurutku itu naif sekali. Kalian hanya terjebak dalam situasi saling memiliki dan rasa "nyaman" membuat ego kalian berkembang bahwa dia (sahabatmu itu) paling mengerti dirimu dan dia tercipta hanya untukmu, tidak boleh ada orang lain yang memilikinya. Naif kan? Hahaha
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar kamu tentang ceritaku ya