Sekarang aku berumur 22 tahun 8 bulan. Aku adalah seorang mahasiswi jurusan Ilmu Hubungan Iternasional (HI) disalah satu Universitas swasta di kota Malang. Gimana, keren ya jurusanku? Iya namanya doang yang keren. Setelah lulus dari jurusan HI masa depannya cerah, bisa jadi diplomat atau mungkin bisa aja jadi Presiden. Keren kan? HAHAHA! Ngaku deh anak-anak HI seluruh Indonesia, awal kalian jadi mahasiswa pasti cita-citanya setelah lulus mau jadi diplomat, mentok-mentok kerja di Kedutaan atau gak di Kemenlu. Memasuki tahun ke-2, mulai berpikir mencari cita-cita yang lebih waras aja. Memasuki tahun ke-3, kalau ada yang nanya "cita-citamu apa?" ya paling bisa jawabnya "yang penting sukses aja bisa ngebahagiain orang tua". Memasuki tahun ke-4 yang semestinya ditahun ini kita (seharusnya) lulus, cita-cita? Bisa lulus aja udah syukur puji pada Tuhan pencipta semesta alam. Oke cukup.
Kadang, eh sering sih aku berpikir untuk nyerah sampai sini aja, (FYI: sekarang aku semester 9 dan belum lulus-lulus juga). Terus merasa menyesal masuk jurusan HI yang super keren ini, yang mana aku adalah manusia biasa yang gak keren-keren sama sekali. Mau menyombongkan diri sedikit nih, aku lebih nyaman belajar bahasa-bahasa ataupun sastra seperti waktu SMA. Aku dulu waktu di SMA ngambil jurusan Bahasa. Ya belajarnya Sastra Indonesia, Bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin dan Bahasa Jepang. Ada sih belajar matematika, tapi setahun cuma 2 bab dan gak mendalami banget, seingatku cuma belajar statistika dasar dan matriks dasar doang.
Terus kok bisa kuliahnya masuk HI? Ya kalau mau nyalah-nyalahin orang, yang pertama aku salahin adalah guru BK ku -_- Dulu waktu masa-masa nunggu pengumuman lulus SMA, teman-temanku pada sibuk ikut bimbel sana sini, milih-milih universitas dari Sabang sampai Merauke dan aku sendiri sebenarnya gak ada niatan untuk kuliah. Mau langsung kerja aja, toh banyak juga orang lulusan SMA doang bisa kerja dan sukses. Tapiiiiiiiii orang tuaku gak bolehin. Harus kuliah katanya. Dipilihin deh jurusan kesehatan, kalau gak perawat ya bidan. Menurut ngana??!! AKU KAN BUKAN ANAK IPA!! Ya jelas aku tolak lah. Singkat cerita aku konsul deh ke guru BK, aku ceritain semua situasi dan kondisiku saat itu. Kemudian beliau menyarankan aku masuk jurusan HI. Ini alasan beliau yang masih aku ingat sampai sekarang dan mungkin sampai aku mati nanti.
A: Kenapa harus HI bu?
B: Ya kamu kan pengen kuliah, trus kamu itu dari jurusan Bahasa dan katamu juga kamu gak suka belajar hanya satu bahasa, ya yang paling cocok cuma HI. Karena HI itu belajar bahasa dan budaya banyak negara.
A: HI apaan sih bu panjangannya?
B: Hubungan Internasional.
Seperti itulah percakapan kami. Bukan untuk menjatuhkan Ibu BK tercinta dan jangan langsung berfikir negatif kalau beliau gak ngerti apa-apa tentang jurusan HI. Setelah 2 tahun aku kuliah dijurusan yang disarankan oleh ibu BK, akhirnya aku bertanya pada beliau kira-kira seperti ini,
A: Ibu waktu bilang HI itu belajar bahasa dan budaya, ibu gak tau sebenarnya HI itu apa atau gimana?
B: Gak lah, saya tau kok HI itu belajar apa. Tapi saya muyak (eneg/jengkel, red) kamu banyak nanya dan banyak maunya. Jadi saya suruh aja masuk HI, Alhamdulillah sekarang kamu sudah jadi mahasiswa HI. Senang kan?
A: iya bu, saya senang. senang sekali!
Lucu kan? HAHA makanya kadang-kadang diem dan gak banyak nanya itu lebih baik daripada banyak nanya tapi sesat juga.
Dan sekarang, here I am. Stuck di jurusan mematikan ini, bahkan lebih mematikan daripada matematika. Percayalah nak (untuk anakku nanti), Ilmu sosial itu lebih mematikan daripada ilmu-ilmu pasti seperti fisika, kimia, biologi dan matematika yang sudah jelas hasilnya apa, namanya juga ilmu pasti.
Sejatinya aku ini pribadi yang gak suka sekali namanya debat, membela argumen sendiri, aku lebih suka mendengar argumen orang lain dan menghormati argumen tersebut tanpa harus menentang dengan argumen lainnya yang menimbulkan percikan-percikan debat panjang. Ya menurut aku, kita gak bisa memaksakan pemikiran seseorang harus sama dengan pemikiran kita. Tujuan debat menurutku adalah untuk menentukan argumen siapa yang paling benar. Ya semua argumen benar menurutku, gak ada salahnya kan orang berpandangan ini maupun itu. Sedangkan yang aku alamin di jurusan ini. tiada hari tanpa diskusi, iya kalau orang-orang yang diskusi tersebut sepemikiran, kalau beda ujung-ujungnya debat juga kan. KESEL!!!
Terlebih lagi aku pribadi gak suka politik. Dan di HI belajar politik banget, kita dipaksa untuk berpikiran negatif terus tentang sesuatu ataupun seseorang. Misal nih, tiba-tiba suatu saat nanti Israel menyatakan gencatan senjata dan ingin damai dengan Palestina. Aku pribadi pasti bersyukur, Alhamdulillah ya Israel udah capek perang mulu akhirnya mau damai juga, semoga mereka baik-baik aja, waah baguslah paling gak satu masalah internasional sudah terselesaikan. Udah, gitu aja. Tapi coba tanya sama anak-anak HI garis keras, gak jauh-jauh responnya paling gini.
"Ah harus diselidiki nih dibelakang Israel ada siapa, kok bisa langsung mau damai gitu"
"Wah, jangan-jangan ini merupakan strategi Israel untuk menguasai wilayah Palestina"
"Israel cari muka"
"Kenapa Palestina iya-iya aja diajak damai, padahal puluhan tahun mereka menderita karena perbuatan Israel. Harusnya mereka memberikan banyak syarat dan blablabla"
Ya opini personal aja sih ini. Lebih tepatnya curhatan doang. Jangan sampai ada hati yang terluka karena kata-kataku didalam postingan ini. Kalau ada, aku mohon maaf sebelumnya bukan maksud menyinggung. Dan doakan aku juga semoga bisa secepatnya hengkang dari jurusan ini (Lulus, red). Sudah muyak tau hahahaha
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar kamu tentang ceritaku ya